8 Trik Mendisiplinkan Anak
gtua terus berkutat dengan masalah kedisiplinan yang idealnya selalu
dipatuhi anak-anak. Orangtua terkadang harus memaksa anak-anaknya untuk
disiplin di rumah, menghormati orangtua, bicara dengan nada yang santun, rajin
belajar, tidur siang tepat waktu, yang intinya mengatur semua gerak-gerik Si
Kecil.
Namun, harus tetap ingat, kedisiplinan yang Anda maksud tak hanya melakukan
koreksi pada tingkah laku anak-anak saja. Tapi juga mengajarkan kepada mereka
cara untuk bisa mengontrol dirinya, serta peduli akan lingkungannya,
sehingga mereka dapat tumbuh menjadi orang yang berhasil di kemudian hari.
Untuk itu, ada beberapa pendekatan yang dapat Anda
lakukan untuk membantu anak-anak mendisiplinkan dirinya.
1. Tegas
Jika Anda melarang anak-anak untuk tidak melakukan sesuatu, buatlah
alasan-alasan yang masuk akal, dengan memberikan penjelasan dan bimbingan
padanya. Anak jaman sekarang pasti tidak akan mau menerima alasan seperti,
"Jangan duduk di depan pintu, pamali!" Atau, "Jangan main
terlalu sore, nanti diculik Kalong Wewe!" Beritahu alasannya, kenapa dia
tidak boleh duduk di depan pintu atau bermain sore-sore, menjelang malam.
2. Jangan Plin Plan
Pada dasarnya, Si Kecil akan meniru apa yang orang dewasa lakukan. Begitu pun
jika Anda dan pasangan bertindak plin-plan terhadap suatu keputusan. Misalnya,
Anda tak setuju dia melompat-lompat di tempat tidur, sementara pasangan Anda
membiarkannya. Hal ini hanya akan membuat dia bingung, akibatnya dia jadi
mengabaikan ketidaksetujuan Anda. Jadi, buatlah kesepakatan keputusan dengan
pasangan agar anak-anak jadi mudah dalam bersikap.
3. Kompromi
Anak-anak tak selalu bisa mengatasi dan membedakan antara persoalan yang besar
dan kecil. Sesekali, berkompromi dan mengertilah diri mereka. Tindakan kompromi
akan membuat anak-anak menjadi lebih mudah menghadapi persoalan yang lebih
besar nantinya. Misalnya, jika dia lalai menengok ke kiri-kanan saat akan
menyeberang jalan, lain kali dia tak akan begitu lagi. Jika Anda keberatan
dengan sikapnya, nyatakan dengan jelas. Misalnya, "Berhentilah
melempar-lempar mainanmu, Nak!" Tapi, jangan katakan, "Hei, mainannya
jangan dilempar-lempar, dong!"
4. Beri Bimbingan
Jika anak Anda mengobrak-abrik buku dari lemari yang ada di ruang keluarga,
katakan saja, "Maukah kamu berhenti 'bermain' buku? Baca saja, ya di
kamarmu?" Jika dia tak memedulikan perkataan Anda, dengan cara yang lembut
namun tegas, Anda bisa membimbingnya ke kamar dan katakan padanya, dia boleh
kembali ke ruang keluarga jika mau mendengarkan kata-kata Anda.
5. Beri Peringatan
Jika anak tahu aturan yang telah Anda buat, pada usia tertentu, Anda hanya
perlu bertanya padanya, ketika melakukan pelanggaran. Dia akan langsung merasa
segan pada Anda, karena ada konsekuensi atau sanki yang harus diterimanya
segera, setelah pelanggaran dibuat. Jika Anda terbiasa membuat batasan
peringatan sampai hitungan 5, kali ini kurangi sampai hitungan ke 3, sehingga
anak akan belajar untuk segera mengubah sikap setelah diberi peringatan.
6. Beri Alasan
Jika anak bermain-main dengan benda tajam, Anda tentu harus lebih berhati-hati
memperingatinya. Terangkan dengan bahasa yang jelas dan sederhana, apa yang
akan Anda lakukan dan sebutkan alasannya. Misalnya, "Mama simpan pisaunya
ya, Sayang, nanti bisa melukai tanganmu!" Atau, "Mama minta kamu
jangan main air ya, nanti lantainya jadi licin dan bisa bikin kamu
terjatuh."
7. Jangan Tunda Hukuman
Jika Anda ingin menghukum anak yang tidak disiplin, hukumlah segera setelah
Anda tahu dia tidak disiplin. Jangan sampai Anda menunda memberi hukuman
padanya. Sebab, anak-anak tidak akan mau menerima hukuman beruntun atau
mengulangi kesalahan. Berilah hukuman yang mendidik, seperti menyapu lantai,
merapikan tempat tidur, tidak main play station atau barbie, atau membersihkan
kamar mandi.
8. Tetap Tenang
Marah sambil berteriak, membentak, atau menceramahi anak tanpa henti, akan
membuat Anda menjadi orang yang melakukan tindak kekerasan verbal terhadap
anak. Tindakan ini justru bisa merusak rasa penghargaan diri pada anak Anda.
Akibatnya, anak jadi tidak memiliki rasa pede di ahdapan orangtuanya
Namun, harus tetap ingat, kedisiplinan yang Anda maksud tak hanya melakukan koreksi pada tingkah laku anak-anak saja. Tapi juga mengajarkan kepada mereka cara untuk bisa mengontrol dirinya, serta peduli akan lingkungannya,
sehingga mereka dapat tumbuh menjadi orang yang berhasil di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar